Alergi Air Membuatnya Hidup di 'Neraka'


VIVAnews - Mendengar seseorang mengalami alergi makanan atau alergi debu sudah sangat biasa. Tapi, pernahkah mendengar seseorang mengalami alergi air?

Lisa Melland, seorang penjual daging asal Derbyshire, Inggris, merasa kesakitan saat bersentuhan dengan air. Kulitnya seperti terbakar dan timbul ruam sesaat setelah bersentuhan dengan air.

Kondisi yang dialami Melland termasuk penyakit langka yang disebut aquagenic urticaria. Kasus semacam ini diperkirakan hanya ada 40 kasus di dunia.

Penyakit itu mulai menyerang Melland sejak tujuh tahun silam. "Saya tiba-tiba mengalami ruam setelah bersentuhan dengan air. Saya pikir air yang saya gunakan terkontaminasi bahan kimia, namun ketika saya menyentuh air untuk kali berikutnya, gejala yang sama timbul kembali,” kata Melland seperti dikutip dari The Sun.

Sejak penyakit itu terdiagnosis, Melland bak terperangkap ke dalam penderitaan yang dalam. Ia tak boleh berenang. Bahkan, ia sebisa mungkin tak boleh menangis karena air mata yang menetes bisa menimbulkan bercak di wajah.

Ia juga harus membatasi mandi karena aktivitas itu sangat menyakitkan. Efek alergi biasanya berlangsung beberapa jam jika air tak segera dihapus dari tubuhnya. Dan, setelah terkena air, ia harus segera mengoleskan lotion hypoallergenic hingga tubuhnya kembali normal.

Kemanapun ia selalu membawa payung lipat, khawatir air hujan menyentuh tubuhnya. Tisu juga selalu tersedia dalam tas untuk membersihkan wajah dan tangan setiap kali bersentuhan dengan air. "Aku berharap suatu pagi aku akan bangun dan alergi ini bisa hilang,” katanya.

Kasus ini juga menimpa Ashleigh Morris, gadis Australia berusia 21 tahun. Ruam-ruam merah menyakitkan di kulit langsung timbul ketika ia bersentuhan dengan air. Ia tak bisa mandi lebih dari satu menit karena akan sangat menyakitkan. Beruntung alergi itu hanya di kulit. Mereka tak memiliki masalah ketika minum air.

Nina Goad dari British Association of Dermatologist mengatakan, alergi air kemungkinan terjadi akibat tingginya kadar histamin dalam darah. Namun sejauh ini, para ahli belum mengetahui dengan pasti apa penyebab kondisi langka itu sehingga pengobatannya juga belum ditemukan. (hs)
• VIVAnews
Email: rizky.prawinto@gmail.com
Facebook Page: Rizky Prawinto Page
Facebook Profile: Rizky Prawinto
Instagram: @rizkyprawinto
Linkedin: Rizky Prawinto
Pinterest: rizkyprawinto