Boeing 787 Tawarkan Kemewahan


INILAH.COM, Jakarta - Selain dibuat di gedung terbesar di dunia, Boeing 787 juga pesawat komersial pertama yang menggunakan komposit karbon. Penumpang pesawat revolusioner ini dipastikan tidak akan menderita efek buruk penerbangan jarak jauh.

Pesawat Boeing 787 tidak hanya menarik menyangkut struktur ataupun ukuran yang mirip rumah, tetapi juga apa yang terkandung di dalamnya. Awalnya, Boeing merancang pesawat ini sebagai pesawat biasa, namun pabrik Boeing di Everett menambah beberapa tahap konstruksi di sayap, ekor dan bagian badan pesawat lainnya.

Pesawat diberi nama Boeing 787 dan diberi harga sekitar US$150 juta (Rp1,3 triliun) hingga US$200 juta (Rp1,8 triliun). Boeing 787 menggunakan mesin Rolls-Royce yang dibangun di Inggris meskipun masih sebagai pilihan. Sekitar 25% bagian pesawat itu memang dibangun di Inggris.

Boeing 787 juga merupakan pesawat komersial pertama yang dibangun terpusat pada komposisi karbon. Boeing 787 telah melakukan penerbangan perdana pada Desember tahun lalu dengan perjalanan pendek dari Everett ke Boeing Field, bandar udara di selatan Seattle.

Membangun pesawat baru adalah pekerjaan besar, sehingga keseluruhan program bisa menghabiskan biaya menakjubkan, US$45 miliar (Rp409,5 triliun). Desain 787 membutuhkan waktu 800 ribu jam di superkomputer.

Teknologi komposit karbon telah hadir selama beberapa dekade dan digunakan secara teratur dalam penerbangan uji coba dan kepentingan militer. Tapi, 787 ini merupakan pesawat penumpang pertama yang menggunakan 70% karbon.

Benang serat itu diatur dalam lapisan tertentu, dan dijalin ke arah yang berbeda. Teknik ini menciptakan materi yang sangat ringan dan sangat kuat, setidaknya empat kali lebih kuat dibandingkan baja.

Sebuah pesawat, biasanya terdiri dari panel persegi panjang yang diikat bersama dengan puluhan ribu paku. Namun, dengan komposit karbon ini, bagian tubuh seluruh pesawat dapat dibuat dalam satu bagian yang pada dasarnya dibakar dengan oven raksasa disebut autoklaf.

Yang unik, sistem, kabel dan materi elektronik terekat dalam satu bagian. Selain menghemat uang, ini akan menghasilkan waktu perakitan per pesawat hanya empat hari.

Bagian pesawat berasal dari 50 tempat yang berbeda terpecah di 17 negara bagian Amerika Serikat dan sepuluh negara, termasuk Inggris. Sistem outsourcing dibutuhkan untuk membuat armada pesawat menjadi transportasi unik.

Salah satu revolusi dari pesawat Boeing ini adalah penumpang dipastikan tidak akan menderita efek buruk penerbangan jarak jauh. Selama ini sebagian besar kabin pesawat memberikan tekanan saat berada di ketinggian 8 ribu kaki di atas permukaan laut.

Di sisi lain, 787 akan memiliki tekanan, namun kondisinya seperti di ketinggian 6 ribu kaki. Hal ini bisa meningkatkan kenyamanan dan membantu mengurangi dampak jet lag (pusing berlebihan selelah perjalanan udara).

Tidak hanya itu, sebagian besar sistem yang bergantung pada unsur hidrolik kini telah digantikan dengan peralatan elektronik. Komputer akan mendeteksi masalah sehingga pihak di darat dapat waspada terhadap kejadian apapun secara otomatis, bahkan ketika pesawat tersebut dalam penerbangan.

Hal ini akan memungkinkan perputaran lebih cepat antarpenerbangan dan memastikan maskapai dapat meminimalkan penundaan. Ketika terbang melalui turbulensi, software bereaksi dengan melakukan penyesuaian cepat pada kontrol pesawat. [ito/mdr]
Email: rizky.prawinto@gmail.com
Facebook Page: Rizky Prawinto Page
Facebook Profile: Rizky Prawinto
Instagram: @rizkyprawinto
Linkedin: Rizky Prawinto
Pinterest: rizkyprawinto