AS Tutupi Skandal Tumpahan Minyak


INILAH.COM, Washington - Pemerintah Presiden AS Barack Obama diduga menghalangi ilmuwan memaparkan kepada publik, tentang seberapa besar dampak tumpahan minyak Teluk Meksiko. Benarkah?

Dalam dokumen yang dirilis pertengahan pekan lalu, staf komisi nasional yang dibentuk untuk mengatasi tumpahan minyak menyatakan, masalah tersebut bukanlah faktor kehumasan yang insidental. Pernyataan itu diduga datang langsung dari Gedung Putih.

Namun, di antara beberapa hal penting tersebut, estimasi awal pemerintah mengenai tumpahan minyak, terkesan ditutupi. Penasihat khusus yang ditunjuk Obama bahkan dipercaya menebarkan kesan kepada publik bahwa tumpahan itu telah menghilang. Padahal, analis berpendapat sebaliknya.

"Dengan meremehkan kasus tumpahan itu sejak awal dan menutupi jumlah minyak yang masih ada di Teluk Meksiko, pemerintah membuat kesan, mereka tak kompeten menghadapi masalah ini. Mereka juga meremehkan rakyat mengenai besarnya masalah ini," demikian laporan itu.

Pemerintah menyangkal data ini dan menegaskan, bahwa pejabatnya telah membeberkan secara transparan kepada masyarakat. Ketua Lembaga Atmosfer dan Oseanik Nasional (NOAA) Jane Lubchenco dan Direktur Anggaran Gedung Putih Jeffrey Zients, misalnya, kompak mengenai informasi yang diperolehnya. Keduanya mengatakan, Mendagri Ken Salazar dan Laksmana Coast Guard Thad Allen telah menginformasikan, estimasi terburuk tumpahan itu mencapai 100 ribu barel per hari.

Sementara laporan yang dimaksud menyatakan, Gedung Putih terlibat langsung dalam mengendalikan penyampaian informasi penting ini. Terbukti dari catatan April-Mei lalu, dimana kantor anggaran Gedung Putih menyangkal permintaan NOAA untuk menyampaikan estimasi buruk itu kepada rakyat.

Adapun tim pemerintah yang bertanggung jawab untuk tumpahan minyak, Unified Comman, berusaha membatasi informasinya. "Proses politik yang berkuasa dan sains tidak memiliki peran yang digembor-gemborkan," ujar dosen studi lingkungan hidup di Louisiana State University, Christopher D'Elia.

Jubir manajemen dan anggaran Gedung Putih, Kenneth Baer menuturkan, ada kekhawatiran mengenai seberapa banyak mereka bisa mempercayai laporan NOAA. "Kami menawarkan NOAA untuk memperbaiki analisa dan mereka menerimanya dengan lapang dada," katanya.

Demikian juga kepala sains Gedung Putih bagian oseanik, Jerry Miller yang menyatakan, negara tidak menyensor NOAA. "Saya meragukan ada yang membatasi kemampuan NOAA untuk menyampaikan informasi yang berdasarkan fakta," katanya.

Kantor anggaran Gedung Putih memang bertanggung jawab memberi izin untuk kebijakan domestik. Namun, mengapa pemerintah tak ingin menekankan dampak terburuk tumpahan minyak di Teluk Meksiko, tak dijelaskan di laporan tersebut.

Ledakan rig pengeboran milik Deepwater Horizon yang terletak di Teluk Meksiko pada 20 April lalu menewaskan 11 pekerja. Selain 6,6 juta juta barel minyak yang yang tumpah ke laut setiap harinya. Angka ini memang digunakan untuk patokan pemerintah, namun tidak pernah diumumkan ke publik.

Faktanya, media Amerika pun tidak mengekspos angka ini. Data mengenai pemberitaan tumpahan minyak per 2-5 Mei lalu menunjukkan, tidak banyak perhatian yang diperoleh dari masyarakat. Lebih dari sebulan setelah ledakan, pemerintah mengumumkan tumpahan mencapai 6.700 barel per hari. [ast]
Email: rizky.prawinto@gmail.com
Facebook Page: Rizky Prawinto Page
Facebook Profile: Rizky Prawinto
Instagram: @rizkyprawinto
Linkedin: Rizky Prawinto
Pinterest: rizkyprawinto