Recall Mobil Jepang, Berbau Politis?


INILAH.COM, Jakarta - Badai penarikan kembali (recall) jutaan unit mobil merek Jepang selama satu tahun terakhir diduga berbau unsur politis. Ditengarai AS mencoba melindungi industri dalam negerinya.

Isu recall dihembuskan untuk mendongkrak penjualan merek mobil Amerika Serikat (AS) yang merosot tajam sehingga pemerintah AS yang dipimpin Barack Obama mengakuisisi raksasa otomotif AS, General Motors (GM) agar terhindar dari kebangkrutan.

Setelah Toyota me-recall 1,5 juta unit pada Kamis (21/10) lalu, kini giliran Nissan menarik kembali (recall) jutaan unit mobil. Nissan mengatakan, Kamis (28/10), me-recall lebih dari 2,1 juta unit di seluruh dunia karena adanya masalah pada sistem mesin.

Seperti dikutip AFP, Nissan mengatakan akan memperbaiki semua mobil yang terkena dampak recall dan tidak akan dikenakan biaya alias gratis. Kementerian Transportasi Jepang melaporkan bahwa ditemukan mobil berhenti mendadak atau mogok saat mesin masih menyala.

Di Jepang, Nissan me-recall total 834.759 unit mobil Nissan Cube, March, dan Tiida, yang diproduksi domestik sekitar 2003 dan 2006. Sementara itu, Nissan juga me-recall 761.528 unit mobil di kawasan Amerika Utara, 354.170 unit di Eropa, dan 194.409 unit di China dan Taiwan.

Cacat produksi yang dihembuskan sejak tahun lalu hingga saat ini terus menyudutkan merk mobil asal negeri Sakura. The Washington Examiner yang terbit di Washington, menulis pada pada 4 Februari lalu bahwa pembantu Obama yang menangani masalah industri otomotif tak ubahnya geng pemerintah (Gangster Government).

Cara mereka menangani masalah yang dihadapi Toyota GM dan Chrysler berbeda. Mereka juga mengatakan, cara pemerintah federal mengatasi masalah recall berbau anekdot dan kecurigaan dengan menyebut sumber masalah adalah komponen elektronik yang bisa menyebabkan ganguan elektro-magnetik.

Sementara itu, para insinyur Toyota mengatasinya dengan mengganti komponen mekanis yang mengalami gangguan dan menyebabkan pedal gas macet.

Kritik lebih pedas datang dari komentator terkenal radio Amerika, Rush Limbaugh. Ia mengatakan bahwa Sekjen Transportasi Amerika Serikat Ray LaHood bertindak sebagai seorang manajer GM dan Chrysler.

Lebih parah lagi, dalam sebuah wawancara radio, dia mengatakan bahwa pemerintah mencoba merusak citra Toyota. Penyebabnya, "GM dan Chrysler adalah kompetitor Toyota. GM dan Chrysler milik Obama, milik pemerintah federal," katanya.

Kritik itu muncul karena dasar penanganan terhadap produk Toyota yang bermasalah itu tidak lagi sekadar mengarah ke aspek keamanan, tetapi mendiskreditkannya.

"Inilah alasan mengapa kami tidak mau pemerintah ikut berbisnis mobil," komentar Mitch Daniels, Gubernur Indiana dari kubu Partai Republik. Ia adalah salah seorang gubernur yang menandatangani surat protes. "Kesannya, pemerintah melakukan diskriminasi terhadap kompetitor," tambahnya.

Imbas dari badai recall, Toyota bahkan membuat wakil presiden khusus menangani masalah recall. Untuk pekerjaan itu Toyota menunjuk Satoshi Ozawa. Satoshi memulai pekerjaannya sebagai eksekutif yang menangani masalah recall per 1 Mei lalu.

Menurut Toyota, Satoshi yang saat ini memegang kendali divisi kualitas dan pelayanan konsumen di Eropa bisa mengendorkan tanggung jawabnya dan lebih fokus pada kualitas produk global.

Selain penunjukan Satoshi, Toyota juga melakukan pergantian pada jajaran tinggi manajemen merek premium Lexus, setelah berakhirnya masa jabatan Senior Managing Director Toshio Furutani.

Indonesia, yang juga merupakan pasar besar bagi merek Toyota pernah mengatakan bahwa mengungkap kasus recall (penarikan kembali) mobil Toyota di AS yang berbuntut pemanggilan bos Toyota Akio Toyoda di kongres AS, berbau politis.

"Saya rasa ada unsur politisnya. Kalau saya jadi Toyoda, saya tidak mau hadir ke Kongres AS, kan dia bisa menunjuk perwakilan untuk berbicara. Tapi, Toyoda ingin menunjukkan tanggungjawabnya kepada konsumen Toyota di AS makanya ia datang," ujar Presiden Direktur PT TAM Johnny Darmawan, bulan Februari lalu, di Jakarta.

Belakangan menurut Johnny, recall beberapa varian Toyota seperti dicari-cari, mulai dari pedal gas, karpet hingga kasus terakhir soal power steering. Tapi, apapun alasannya, Toyota komit kepada tanggungjawabnya. [mdr]
Email: rizky.prawinto@gmail.com
Facebook Page: Rizky Prawinto Page
Facebook Profile: Rizky Prawinto
Instagram: @rizkyprawinto
Linkedin: Rizky Prawinto
Pinterest: rizkyprawinto