Spanyol Pelihara Tradisi Tidur Siang


VIVAnews - Bagi kalangan pekerja di banyak tempat di mancanegara - entah itu di kantor, pabrik, dan toko - tidur siang identik dengan sifat malas dan tidak produktif, walau dilakukan hanya sejenak. Namun, bagi orang-orang di Spanyol, kebiasaan itu sudah menjadi tradisi. Mereka menyebutnya siesta.

Masalahnya, para pegiat dari Asosiasi Sahabat-sahabat Siesta menilai bahwa tradisi itu akhir-akhir ini mulai pudar, saat pola hidup banyak warga - terutama di perkotaan - mulai berubah dan tekanan makin banyak.

"Masyarakat begitu stress sehingga mereka tidak ber-siesta," kata Andres Lemes dari Asosiasi Sahabat-sahabat Siesta. "Studi menunjukkan bahwa siesta itu berguna bagi kesehatan karena bisa memulihkan energi tubuh," lanjut Lemes seperti dikutip kantor berita Associated Press.

Studi di Amerika Serikat pada 2007 mengungkapkan bahwa siesta berguna mengurangi risiko penyakit jantung. "Tidur siang bisa menjadi senjata yang penting dalam memerangi penyebaran penyakit jantung," kata Dimitrios Trichopoulos dari Harvard School of Public Health di Boston, AS, seperti yang dikutip laman harian The Washington Post.

Dia melakukan penelitian yang mengungkapkan bahwa rata-rata mereka yang teratur melakukan siesta kecil risiko terkena penyakit jantung. "Sedikit siesta, tidur dalam waktu singkat bisa bermanfaat. Walau itu tindakan yang sederhana, namun bisa membawa banyak faedah," kata Gerald Fletcher, kardiolog dari Mayo Clinic di Jacksonville, Florida.

Tidak heran bila Lemes dan teman-temannya baru-baru ini menyelenggarakan turnamen siesta pertama di Spanyol. Digelar selama sembilan hari, 14-23 Oktober 2010, di suatu pusat perbelanjaan di Madrid kompetisi ini, menurut Lemes, sukses besar. Sebanyak 360 orang ikut serta dalam kompetisi ini, tidak hanya dari Spanyol namun ada juga yang dari luar negeri.

Bahkan, pemenang turnamen unik ini berasal dari Ekuador, Pedro Soria Lopez. "Oh saya begitu senang bisa tampil sebagai pemenang utama," ujar Lopez. Pria asal Ekuador berusia 62 tahun itu bahkan, saking pulas tidurnya, mampu mengorok sangat kencang dengan kekuatan suara 70 desibel. Bagi dewan juri, mengorok dengan kencang tanpa dibuat-buat selama tertidur merupakan nilai plus bagi peserta.

Salah seorang peserta asing, Walter Foxworth dari Amerika Serikat (AS) menilai bahwa dia melihat adanya ironi dari kompetisi itu. "Ini adalah ide bagus, namun ini juga hal yang tragis bila globalisasi dan dunia yang makin sibuk membuat siesta menjadi berakhir," kata Foxworth.

Dr. Lili Chuecas, yang dilibatkan sebagai tim juri, menilai bahwa kini makin sedikit warga di Spanyol yang punya waktu cukup untuk istirahat di siang hari. Padahal, waktu itu penting untuk melakukan siesta. Situasi itu akibat perubahan gaya hidup saat tekanan makin bertambah.

"Masyarakat tidak menghargai manfaat beristirahat," kata Chuecas.

Menurut wikipedia, kata siesta berasal dari Bahasa Spanyol, hora sexta - jam keenam (artinya, jika dihitung dari fajar sampai siang, maka diistilahkan "istirahat tengah hari").

Maka, siesta identik dengan kebiasaan orang Spanyol dan tersebar luas ke negara-negara Amerika Latin, terkecuali Brazil yang mendapat pengaruh budaya Portugis. Kebiasaan tidur siang ini juga umum dijumpai di beberapa negara, terutama di wilayah yang beriklim panas.

Namun, melihat kesuksesan turnamen di Madrid, Lemes berharap bisa melakukan perlombaan serupa tahun depan. Panitia berambisi memperbesar skala lomba, bahkan kalau bisa dilakukan di luar negeri.
• VIVAnews
Email: rizky.prawinto@gmail.com
Facebook Page: Rizky Prawinto Page
Facebook Profile: Rizky Prawinto
Instagram: @rizkyprawinto
Linkedin: Rizky Prawinto
Pinterest: rizkyprawinto