2010, Suara Ponsel Merek Lokal Mulai Parau


TAHUN lalu Indonesia dijejali oleh ponsel-ponsel merek lokal yang dibuat di China. Namun tahun ini ponsel-ponsel tersebut perlahan mulai kehilangan suaranya. Nexian justru tampil seolah tanpa pesaing.

Kemunculan ponsel merek lokal tahun ini mungkin bisa dihitung dengan jari. Ini artinya jumlahnya tidak sebanyak yang muncul dua tahun sebelumnya. Bahkan nama-nama suksesor ponsel lokal yang bertahan hingga tahun ini tidak lebih dari lima merek. Sebut saja Nexian, Ti-Phone, IMO, Mito, HT Mobile. Dari lima merek, hanya dua saja yang tergolong agresif dalam berpromosi dan tergolong sering mengeluarkan varian ponsel terbaru.

Jika dihitung sejak awal kemunculan ponsel lokal hingga saat ini, seperti yang tercatat di daftar situs yang membahas ponsel lokal, theponsel.com, setidaknya ada sekira 52 merek ponsel China merek lokal di Indonesia.

Setidaknya, menurut pengamatan okezone, ada beberapa faktor yang mendorong 'suara ponsel lokal mulai parau', yaitu sifatnya yang mengekor dan vendor ponsel branded yang mulai agresif.

Seperti diketahui, selama ini ponsel lokal dikenal sebagai tiruan ponsel branded. Lihat saja desain ponsel lokal kebanyakan yang meniru desain Blackberry, Nokia, bahkan iPhone. Fiturnya pun tergolong mengekor, seperti aplikasi messenger sesama ponsel yang mengekor Blackberry Messenger, layar sentuh yang mengekor iPhone, atau beberapa fitur lain yang menjadi andalan sejak awal, baik itu TV analog maupun multiple simcard.

Bisa dibilang, kebanyakan ponsel lokal minim inovasi. Satu-satunya yang berani berinovasi dan serius berjualan hanya Nexian. Promosi gencar Nexian dilakukan secara besar-besaran sehingga membuat mereka terkesan tidak memiliki pesaing.

Satu inovasi yang patut diacungi jempol adalah Nexian Music Card. Tidak heran jika kemudian Nexian menggandeng label rekaman ternama untuk mempromosikan kartu memori yang telah diisi dengan ribuan lagu populer dan disematkan ke dalam ponsel Nexian. Perusahaan ponsel lokal itu yakin jika media musik digital menggunakan kartu memori akan booming di masa depan, tidak lagi menggunakan cakram maupun unduh lagu bajakan.

Promo ponsel Nexian Music ini pun dilakukan dengan menggandeng band tanah air, termasuk Slank, Nidji dan Kotak. Ditambah dengan keikutsertaan Nexian dalam setiap pagelaran musik besar yang digelar di Indonesia.

Namun begitu beberapa merek lokal sudah mulai beralih untuk menjual ponsel berbasis Android. Untuk urusan Android, ponsel lokal IMO merupakan yang pertama memperkenalkan Android. Disusul dengan ponsel lokal lainnya, termasuk Nexian dengan Journey. Ada juga beberapa vendor merek lokal yang lebih memilih menyematkan Android ke dalam perangkat lain yang bukan smartphoe, yaitu tablet. CSL Blueberry dan KinPad merupakan dua di antaranya yang mengeluarkan tablet berbasis Android.

Kesadaran ponsel branded terhadap ekspansi ponsel lokal juga dianggap sebagai salah satu faktor semakin menghilangnya suara 'ponsel lokal'. Nokia misalnya, sudah meng-counter hal tersebut dengan menggelontorkan ponsel qwerty dengan harga murah, yaitu Nokia C3 yang seharga kurang dari Rp1 juta. Hingga kini, ponsel tersebut dikabarkan telah laku sekira 1 juta unit di Indonesia saja. Menyusul merek branded lainnya yang menghadirkan konsep serupa. Samsung dengan Corby dan Chitchat (qwerty dual sim), atau LG Wink Series dan GW305 yang dilengkapi akses jejaring sosial.

Rupanya tahun ini Nexian diberi kebebasan untuk menggeliat sendirian. Meski masih ada Ti-Phone namun merek tersebut tidak dianggap sebagai saingan terberat karena promosi Nexian yang gencar melalui musik masih tetap kalah dengan promo Ti-Phone yang lebih memilih menggandeng kejuaraan sepakbola. Belum lagi setiap iklan bilboard maupun pamflet, tidak terkecuali iklan televisi Ti-Phone, yanng selalu menghadirkan talent seorang lelaki berkumis dan beberapa helai jenggot, yang ternyata adalah pemilik perusahaan pemegang merek Ti-Phone, Hengky Setiawan. Ti-Phone sepertinya lebih nyaman menggunakan talent dari internal perusahaan, yang notabene adalah pemilik perusahaannya sendiri, ketimbang talent yang berasal dari selebritis.

Beberapa nama ponsel merek lokal yang hadir tahun ini di antaranya adalah Movi, Blackjelly, DGTell, Bold, Sunberry, Skybee, Beyond, Ivio, Skycall, Skytell, Belway.

Meski timbul tenggelam, pasar ponsel dunia harus berterima kasih kepada ponsel lokal buatan China ini. Pasalnya menurut analis Gartner, volume penjualan ponsel global (dunia) pada kuartal ketiga (Juli-September) 2010 meningkat 35,0 persen per tahun menjadi 417,1 juta unit, dari 308,9 juta unit pada kuartal III/2009, dan pendorong utama pertumbuhan ini adalah ponsel China.

Gartner mencatat,pada kuartal pertama (Januari–Maret) 2010 ponsel China baru menguasai pangsa pasar global 19,2 persen. Pada kuartal kedua (April– Juni) 2010, Gartner menemukan, pangsa pasar ponsel China meningkat tipis menjadi 19,3 persen. Tetapi pada kuartal III/2010, Gartner menggarisbawahi, pangsa ponsel China di pasar ponsel global ternyata melambung menjadi 33,0 persen.

Gartner mencermati, ponsel China telah mendorong pertumbuhan volume penjualan ponsel global sejak kuartal I tahun 2010. Gartner menambahkan, pembeli ponsel dari China bukan hanya konsumen individual. Lebih dari individu, pembeli ponsel dari China adalah para operator seluler dan pengusaha. Mereka membeli ponsel-ponsel dari China tanpa dilengkapi merek dan kemudian menempelkan merek yang diinginkan ke ponsel tersebut.

Inilah yang terjadi mengapa ponsel China timbul tenggelam seolah tak bisa mati. (srn)
Email: rizky.prawinto@gmail.com
Facebook Page: Rizky Prawinto Page
Facebook Profile: Rizky Prawinto
Instagram: @rizkyprawinto
Linkedin: Rizky Prawinto
Pinterest: rizkyprawinto