INILAH.COM, Bandung - Selama ini, pemerintah dinilai tidak maksimal memberikan proteksi terhadap produk buatan lokal sehingga banyak produksi dalam negeri yang tidak diakui sebagai buatan Indonesia tetapi malah memakai brand luar negeri.
“Polisi Inggris dan Amerika beli baju dari Bandung. Tetapi mereka tidak pakai brand Parahyangan, malah brand luar. Fakta itu membuktikan produk kita sangat bagus dan laku, tetapi pemerintahnya tidak memberikan proteksi terhadap produk anak bangsa,” kata Deputi Bidang Jaringan Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Ristek) Kementerian Riset dan Teknologi Syamsa Ardisasmita usai pertemuan tertutup dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Sate Jalan Diponegoro No 22 Kota Bandung, Selasa (1/3/2011).
Kelemahan bangsa Indonesia lainnya, lanjut Syamsa, adalah pengolahan lanjutan dari bahan baku yang dihasilkan, seperti fermentasi produk. Salah satu contohnya, yaitu 70% biji cokelat Indonesia yang diekspor ke luar negeri, dinikmati lagi oleh rakyat Indonesia dalam bentuk olahan, seperti susu dan lainnya.
“Industri kita harus lebih dikenal, karena saat ini masih banyak yang enggan menggunakan nama lokal. Nah acara Triple Helix Conference yang digelar 8-10 Agustus 2012 nanti menjadi momentum untuk promosi dan menjalin kerja sama dan sinergi antara akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah,” jelasnya.
Syamsa menuturkan, saat ini di Indonesia belum terjalin jaringan yang baik dengan tiga benua peserta Triple Helix Conference, yaitu Asia, Amerika dan Eropa. Kondisi itu membuka kelemahan Indonesia tentang pemasaran.
“Konferensi nanti harus ditindaklanjuti pemerintah untuk lebih memprioritaskan proteksi hasil produksi dalam negeri,” tegasnya. [jul]