VIVAnews - Keberadaan Macan Tutul Merapi yang sempat membuat heboh warga Dusun Kuaron, Kelurahan Candibinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, DIY hingga kini jejaknya masih misterius.
Bahkan, upaya pihak Kebon Binatang Gembira Loka, polisi dan warga sekitar menelusuri jejak sang macan belum juga membuahkan hasil. "Jejak telapak kakinya terputus di sekitar Kali Boyong, hilang begitu saja tanpa diketahui sebabnya," ujar kata Manajer Kebun Binatang Gembiraloka Joko Tirtono kepada VIVAnews, Sabtu 13 November 2010.
Menurutnya, jejak keberadaan hewan yang kerap hinggap di atas pohon nan rindang, sesuai karakternya itu terputus-putus atau mengacak. "Kemarin ada di sekitar Kali Boyong, tiba-tiba ada jejak lagi di dusun Kuaron," kata Joko.
Sedangkan umpan kambing muda dan ayam yang digunakan untuk memancing macan tersebut, hingga kini masih belum dimakan. "Umpan yang kita sediakan masih hidup, belum dimakan oleh macan tutulnya," tambahnya.
Namun, jika tidak ada umpan yang dilahap, ada kemungkinan si kucing besar itu pindah ke lokasi lain. "Tapi jangan khawatir, jarak jelajah macan itu paling jauh sekitar lima kilometer," tutur Joko menenangkan.
Joko berharap, jebakan dengan umpan ayam dan kambing muda bisa meningkatkan rangsang si macan tutul. Sebab, hewan-hewan itu selalu menjerit tak pernah berhenti. Atau, bisa juga dirangsang dengan darah ayam.
Keberadaan macan tutul diketahui saksi mata yang juga pekerja peternak ayam, Solkidi di Dusun Quaron, Kelurahan Candibinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, DIY Kamis 10 November 2010, sekitar pukul 13.00 WIB.
Ia mengaku hanya sekali melihat hewan langka yang dilindungi undang-undang itu. Joko pun memperlihatkan foto-foto kucing-kucing raksasa buas kepada Solkidi. Saat ditunjukkan foto macan tutul, Solkidi mengiyakan.
Sejak muncul kabar penampakan macan tersebut, tidak ada hewan ternak atau warga yang menjadi korban. (sj)
• VIVAnews